
Selama ini kita hanya mengenal satu makna dari Mati, yaitu terpisahnya ruh dan jasad seorang manusia. Namun tidak demikian menurut Ahlinya, yang telah dibersihkan hatinya oleh Allah, lalu diberikan Nur atau Ilmu sehingga beliau menyampaikan kepada kita makna yang benar tentang Islam sebagai agama kita. Sebagaimana yang beliau jelaskan bahwa Mati itu bukan hanya bermakna terpisahnya ruh dari jasad seorang manusia. Melainkan Mati juga memiliki makna dua makna, yaitu, yang pertaman sebagaimana yang kita fahami selama ini yaitu terpisahnya ruh dari jasad, dan makna yang kedua adalah matinya Nufus yang melekat pada hati seorang hamba dengan bantuan Syekh, guru atau wali Mursyid yang memang ditugaskan untuk membunuh Ke-Enam Nafsu yang bersarang dihati seorang muslim. Dalam sebuah hadis masyhur dari Rasulullah saw, bahwa beliau pernah bersabda " jika anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, Amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendoakannya ". hadis ini menunjukkan tentang mati dalam makna yang pertama, karna dengan mati ini, maka terputuslah ia dari segala amal, baik itu amal baik maupun amal buruk. Namun banyak hadis dan ayat al-Qur'an yang menyatakan tentang makna mati yaitu matinya Nufus dari hati seorang muslim. Didalam al-Qur'an misalnya Allah berfirman " Innaka mayyitun wa innahum lamayyitun " yang artinya "sesungguhnya engkau wahai Muhammad dalam keadaan mati, dan demikian juga dengan mereka (para sahabat) ". ayat ini turun ketika Rasulullah saw masih hidup, dan juga para sahabat. Jadi ini mengindikasikan bahwa hidupnya Rasulullah saw sama halnya dengan matinya, dan matinya juga sama halnya dengan hidupnya. Jadi para sahabat yang telah bersih hatinya dari ke-Enam macam Nafsu, yaitu : - Nafsu Ammarah bissu' (selalu menyuruh berbuat jahat)
- Nafsu Lawwamah
- Nafsu Mulhamah
- Nafsu Mutmainnah
- Nafsu Radiah
- Nafsu Mardiah
Tergolong dikatakan mayyit. Artinya mati nufus, bukan mati karna terpisahnya nyawa dari raga. Ayat diatas juga berbunya " innaka mayyit " artinya sedang menjadi mayat atau dalam keadaan mati, bukan " innaka satamutu " yang berarti engkau akan mati. Sebagaimana pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi matinya jasad, maka tak kalah penting juga untuk membunuh dan mematikan ke-Enam nufus tersebut dengan bantuan tangan guru, syekh, atau wali Mursyid. Jangan heran jika wali Mursyid atau syekh bisa membunuh nufus yang bersarang dihati, karna beliau digelari dengan dokter bathin, sebagaimana dokter zohir yang mampu mengangkat sejenis tumor ganas lalu membunuhnya untuk menyelamatkan sang fasien. Bahkan dokter bathin ini lebih utama untuk dipercaya, sebab kerjanya jauh lebih berat dari pekerjaan dokter zohir. Kalau dokter zohir menyelamatkan kita dari penyakit jasad yang sering kita pakai berpoya poya, maka dokter bathin sesungguhnya telah menyelamatkan hati kita dari penyakit dalam yang kemudian kebersihan hati ini yang akan membuat kita diterima disisi Allah swt. " illa man ata Allah bi qolbin salim " artinya " kecuali orang-orang yang mendatangi Allah dengan hati yang bersih " itulah yang diterima disisinya. Maka tak cukup bagi kita hanya mengenal satu makna dari mati. Kenalilah baik-baik makna yang kedua dari mati. Melalui syekh atau guru, kita akan mengenalnya, dan melalui ilmu ini kita akan mengenal siapa syekh yang benar-benar memiliki ilmu dan yang harus di ikuti. Harapan penulis, semoga kita bisa merasakan matinya nufus sebelum matinya raga. amin |