...:: Wellcome At Bahraen Blog ::...
 
 
Saturday, February 17, 2007
Apakah Manusia Mukhayyar atau Musayyar ?

manusia diciptakan oleh Allah swt dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bahkan kadang ada yang merasa hidupnya senantiasa dalam kekurangan, disebagian pihak malah mereka beranggapan bahwa dirinya diciptakan dengan kelebihan yang luar biasa, sehingga mereka memandang rendah orang lain.

Bagi mereka yang diberikan kelebihan dan kekurangan tersebut, telah Allah bekali dengan Akal sebagai batu loncatan dalam berfikir dan Al-Qur'an sebagai pedomannya. Dan dalam menentukan hidup mereka telah diberikan hak untuk berusaha dan bekerja. Diantara mereka ada yang mengejar untuk bias hidup nyaman di akherat dan tidak sedikit yang angkuh, hanya mau hidup nyaman didunia saja tanpa memikirkan sedikitpun tentang akherat.

Begitulah selintas pandang penulis tentang manusia dari satu sisi. Dan dari sisi lain, ada permasalahan penting yang dihadapi oleh manusia yaitu tentang hakekat perbuatan yang mereka lakukan. Apakah semua langkah dan perbuatannya murni dari kehendaknya ataukah ada campur tangan sang maha pencipta ? jika kita membuka kembali sejarah ulama terdahulu, ternyata mereka juga menghadapi dan telah memikirkan masalah ini. Namun, istilah yang mereka pakai adalah, apakah manusia itu Mukhayyar atau Musayyar ? dengan kata lain, apakah manusia itu memiliki pilihan sendiri untuk berbuat ataukah segala tindakan mereka sebenarnya adalah tindakan sanga maha pencipta ?. dan baik menurut penulis untuk memakai kedua istilah tersebut, agar tidak banyak membuat kata, serta lebih mudah untuk difahami.

Baiknya kita perjelas dahulu apa makna dari kedua istilah tersebut :

Mukhayyar : dari kata Ikhtiyar yang artinya usaha sendiri.

Musayyar : dari kata Istiyar yang artinya dikendalikan.

Maka :

Mukhayyar berarti memiliki kuasa penuh dalam berbuat, tanpa ada campur tangan orang lain, baik itu manusia, jin, malaekat maupun Tuhan itu sendiri.

Musayyar berarti bahwa segala tindakan dan perbuatan kita dikendalikan oleh Allah, ketika kita berbuat sesuatu, bukanlah kita yang berbuat melainkan Allah swt.

Jika keduanya sudah bisa kita fahami dengan jelas, maka masuklah kita kedalam pembahasan inti, yaitu apakah manusia itu Mukhayyar ataukah Musayyar ?

Dalam hal ini, guru kami, yaitu Maulana syekh Mukhtar Ra, telah berkata " manusia itu Mukhayyar ketika ia bisa melakukan perbuatan dan tahu betul tentang perbuatannya. Dan manusia itu Musayyar ketika ia tidak bisa melakukan perbuatan atau tidak tahu tentang perbuatannya. "

Kalam beliau adalah pijakan kita dalam menyimpulkan dan menyelesaikan masalah ini.

Jadi kapan manusia dianggap Mukhayyar ?

Manusia dianggap Mukhayyar ketika ia mampu melakukan suatu peruatan baik itu perbuatan baik maupun perbuatan yang tidak baik. Shalat misalnya, telah Allah wajibkan bagi orang Muslim yang Baligh, dan Berakal. Maka jika seorang Muslim yang telah memiliki kriteria tersebut enggan dan tidak mau shalat, padahal dia mampu untuk shalat dan tahu tata cara shalat, berarti dia telah memilih untuk ingkar terhadap perintah Allah. Ketika Allah melarang manusia untuk berzina, lalu dengan kemampuan dan ilmu yang ia miliki tentang larangan itu, lalu ia langgar, berarti ia telah memilih untuk melanggar larangan Allah, dan tidak ada sangkut paut sama sekali dengan perbuatan Allah. Memang segalnya Allah yang ciptakan, namun tidak hanya demikian, tapi Allah juga memberikan manusia ikhtiyar untuk memilih, dan syaratnya hanya 2, yaitu mampu dan tahu. Disinilah kemudian ada Hisab (timbangan di hari kiamat). Sebab jika manusia mampu dan tahu kemudian dia melakukan suatu perbuatan, berarti itu murni perbuatan dan kehendaknya. Jika yang ia lakukan adalah kebikan, maka timbangannya akan berat , sebaliknya jika yang ia lakukan adalah kemungkaran maka timbangannya akan ringan.

Lalu kapan manusia itu dianggap Musayyar ?

Manusia dianggap Musayyar, ketika ia tidak mampu melakukan suatu perbuatan dengan kehendaknya sendiri atau ia tidak tau tentang hukum atau tata cara perbuatan tersebut. Jadi ketika hilang salah satu dari 2 syarat ikhtiyar, yaitu mampu dan tau, maka ketika itu juga dia telah masuk kedalam golongan orang orang yang musayyar. Orang gila misalnya, ia mampu untuk berzina dan mampu juga untuk menghindarkan diri tapi dia tidak tau apa yang dia lakukan, disebabkan akalnya yang hilang. Maka dalam hal ini dia tidak akan dihitung perbuatannya. Orang kaya, ia memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, tapi ia tidak tau tata cara dalam berhaji, yang barangkali disebabkan karna ia baru masuk islam, atau ia mampu dari segi materi namun kesehatannya tidak mendukung, maka kewajibannya pun gugur, dan ia termasuk orang yang musayyar. Allah tidak akan bertanya, kenapa kamu tidak melaksakan rukun islam yang ke 5, karna Allah sendiri yang berkehendak untuk membuatnya sakit sehinggaa ia tidak mampu melakukan ibadah haji tersebut. Demikian seterusnya.

Golongan manusia :

  1. Golongan manusia yang bisa musayyar dan bisa mukhayyar. Ini umum dirasakan oleh manusia.
  2. Golongan manusia yang hanya musayyar saja, seperti para rasul, nabi dan wali
  3. Golongan diluar manusia yang musayyar, seperti hewan, malaikat, anak kecil yang belum balig serta orang gila.

Penjelasan diatas adalah penjelasan tentang golongan manusia yang pertama. Jauh berbeda keadaannya dengan golongan manusia yang kedua, yaitu para rasul, nabi, dan wali. Mereka selama hidupnya selalu Musayyar. Seperti pena ditangan sang penulis. Mereka bahkan tidak mampu untuk berbohong ataupun lupa. Apalagi melakukan kesalahan dan dosa. Yang mereka lakukan dalam segala gerak-geriknya adalah kebaikan dan pahala. Merekalah orang pilihan. Didalam al-Qur'an Allah berfirman : "
وما تشااون إلا ان يشا اللة

: yang artinya dan tidaklah kalian berkehendak atas sesuatu melainkan itu adalah kehendak Allah. Dalam ayat yang lain " وما رميت إذ رميت ولكن اللة رمى : yang artinya, dan tidaklah kalian yang melempar ketika kalian melempar, melainkan Allah lah yang sesungguhnya melempar.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan kedudukan mereka sebagai golongan manusia yang senantiasa Musayyar selama hidupnya. Mereka tidak akan ditimbang dihari kiamat, sebab perbuatan mereka adalah perbuatan Allah, jadi tidak mungkin Allah akan bertanya sedangkan Allah sendiri yang berbuat.

Sedangkan golongan yang ketiga, yaitu golongan hewan dan malaikat, mereka juga golongan yang senantiasa musayyar. Hewan tidak akan ditimbang amalnya, karna hidup mereka hanya sampai didunia saja. Dan malaikat yang akan hidup sampai diakherat juga tidak akan ditimbang amalnya, karna semua yang mereka lakukan adalah kebaikan, persis dengan para rasul, nabi dan wali. Adapun iblis dan syaiton, mereka adalah makhluk terkutuk yang telah memilih keangkuhan menjadi pakaian mereka. Mereka termasuk yang mukhayyar, sebab dulu iblis pernah diminta untuk bersujud tapi ia enggan dan menolak, malah angkuh dan sombong.

Demikian sekelumit pembahasan tentang apakah manusia itu Musayyar atau Mukhayyar. Semoga ada manfaatnya. Dan apa-apa yang penulis sampaikan adalah amanah dari guru kami, maulana syekh Mukhtar Ra, yang harus kami sampaikan kepada orang lain.

posted by Saipul Bahraen @ 6:52 AM   0 comments
Friday, February 9, 2007
Mencintai Ahlul-Bait

Menelaah khazanah keilmuan tentu bukanlah perkara mudah, jika ilmu itu dengan mudah didapatkan, hanya dengan membaca buku, maka akan sangat banyak orang alim dimuka bumi ini. Namun Allah telah menggariskan dan menetapkan didalam Al-Qur'an tentang cara kita menuntut ilmu, bukan dengan banyak membaca maupun banyak menyimpan buku. Tapi sebagaimana yang Allah gariskan, ketika Ia berfirman " فاسالوا اهل الذكر إنكنتم لا تعلمون" yang artinya " dan bertanyalah kalian kepada ahli zikir jika kalian tidak tau ". Allah tidak mengajarkan, bacalah buku jika kalian ingin tau, atau tanyalah orang yang ahlil ilmu jika kalian tidak tau, tapi dengan jelas-jelas Allah berfirman " tanyalah ahli zikir jika kalian tidak tau " dan ini tentu yang berkaitan dengan ilmu agama atau ukhrawi.

Memang ada kaitannya antara zikir dengan ilmu, dengan artian bahwa orang ahli zikir adalah sudah barang tentu ia berilmu dan orang yang berilmu belum tentu ia ahli zikir. Sebab al-Qur'an menegaskan " dan bertanyalah kepada ahli zikir jika kalian tidak tau ", jadi ilmu atau pengetahuan tersebut datangnya dari ahli zikir. Sebagaimana yang kami dapatkan dari guru kami, Maulana syekh Mukhtar Ra, bahwa ilmu adalah buah dari zikir. Dan bagi yang berilmu tanpa berzikir hanya akan mewariskan kesombongan. Dari sini penulis ingin mengemukakan satu contoh ilmu yang penulis dapatkan dari ahli zikir.

Ketika Rasulullah saw bersabda " akan terpecah belah umatku menjadi 72 golongan, kesemuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan " para sahabat bertanya : siapakah golongan yang akan selamat itu wahai Rasulullah ? nabi menjawab " mereka adalah orang yang berpegang teguh kepada peganganku dan pegangan sahabatku " atau yang sering kita dengan dengan istilah Ahlus Sunnah wa Jama'ah. Benarkah mereka yang mengaku dirinya ahlul sunnah wal jamaah adalah golongan yang selamat ? simaklah lebih lanjut.

Rasulullah saw tidak pernah menyebutkan kalimat Ahlul sunnah wa jama'ah. Tapi beliau mengatakan, yang berpegang dengan peganganku dan pegangan sahabatku. Karna jika nabi menyebutkan bahwa golongan yang akan selamat adalah golongan ahlu sunnah wal jama'ah maka akan sangat mudah bagi mereka untuk menamakan dirinya kelompok ahlus sunnah wal jama'ah. Kita tidak akan pernah mendengar nama syiah, wahhabi, sunni, sufi dll, karna kesemuanya pasti akan menamakan kelompoknya dengan nama ahlul sunnah wal jama'ah. Bahkan barangkali ada kelompok aneh yang akan berani menamakan dirinya kelompok para wali, para ulama, ataupun para nabi. Tidak akan ada yang menggugat.

Lalu siapakah golongan yang berpegang teguh pada pegangan Rasul dan sahabatnya ? Mari kita telaah bersama dengan baik pesan Rasulullah saw. Dalam sebuah hadisnya Beliau pernah bersabda " telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang jika kalian tetap berpegang teguh kepadanya maka kalian tidak akan pernah sesat selamanya. Yang dua itu adalah Al-Qur'an dan sunnah " jadi pegangan Rasulullah adalah Al-Qur'an dan pegangan sahabat adalah al-Qur'an dan sunnah. Keterangan ini tidak hanya sampai disini, masih ada satu hadis lagi yang beliau ucapkan diakhir hayat beliau, yaitu sebagaimana sabda beliau " telah kutinggalkan kepada kalian dua perkara, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, maka kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu al-Qur'an dan Ahlul Bait ". dengan demikian maka kita bisa menyimpulkan bahwa kelompok yang akan selamat adalah kelompok yang berpegang teguh kepada al-Qur'an, Sunnah dan Ahlul bait.

Al-Qur'an dan sunnah telah banyak kita ketahui, namun masih sedikit yang mengetahui makna Ahlul bait. Ahlul bait dulu berarti penduduk Mekkah, karna bait itu adalah Mekkah atau masjid haram. Kita tentu masih ingat dalam buku sejarah sering disebut Ahlu yasrib yaitu penduduk madinah. Maka Ahlu bait adalah penduduk mekkah, dan kemudian ketika turun ayat " wa yuzhiba ankun ar rijza ahalul bait wa yutohhorukum tathiro " artinya " dan dijauhkan dari kalian wahai Ahlul bait segala macam kena'jisan dan kami sucikan kalian menjadi orang suci ". dan para ahli sejarah maupun tafsir sepakat bahwa Ahlu bait disini yang dimaksudkan adalah sayyidina Rasulullah, sayyidina Ali, sayyidatuna Fatimah, dan yang lahir dari keduanya.

Sampai disini kita simpulkan kembali bahwa kelompok yang akan selamat adalah kelompok yang berpegang teguh kepada al-Qur'an, sunnah, dan Ahlul bait seperti sayyiduna Ali dan sayyiduna fatimah dan yang lahir dari keduanya. Lalu apakah hanya mereka ahlul bait ? tidakkah masuk sayyiduna abu bakar ? sayyiduna umar ? dll sedangkan rasul juga pernah bersabda " salman adalah termasuk ahlul bait " sedangkan beliau tidak ada garis keturunan dengan rasulullah maupun sayyiduna Ali. Dan apakah semua keturunan keduanya yang masih hidup sampai sekarang tetap dikatakan ahlul bait ? cukup memusingkan.

Kemuliaan menjadi ahlul bait dapat ditempuh dengan dua jalur.
Keturunan sayyiduna Ali dan Fatimah, seperti sayyiduna hasan dan Husein
Lewat jalur Iman
Keturunan sayyiduna Ali dan sayyidah fatimah tidak semua masuk kedalam golongan ahlul bait, hanya mereka yang ikut jalur kakeknya yaitu Rasulullah lah yang berhak bergelar ahlul bait. Secara umum keturunan sayyidina Ali dan sayyidah fatimah dinamakan Zurriyyah (keturunan) dan yang soleh dari Zurriyyah tersebut kemudian dinamakan Itroh (keturunan yang baik) dan yang soleh dari itroh itulah yang dinamakan Ahlul bait. Dan sahabat rasul yang senantiasa berpegang teguh kepada al-Qur'an dan sunnah juga dinamakan Ahlul bait, seperti hadis " Bilal adalah termasuk Ahlul ait " dan " Salman adalah termasuk Ahlul Bait " maka para sahabat yang memiliki ikatan iman dengan rasul juga dinamakan ahlul bait. Jadi ahlu bait adalah keturunan sayyiduna Ali dan sayyidah fatimah yang soleh dan baek dan kedua mereka para sahabat yang memiliki ikatan iman denga Rasulullah saw.

Ini perlu kita ketahui, sebab pada zaman ini, dimanapun kita temukan kelompok dan golongan semua berpegang kepada al-Qur'an dan sunnah, namun tidak semua berpegang kepada ahlul bait yaitu para sahabat dan keturunan sayyiduna ali dan sayyidah fatimah. Dan jika kita teliti kembali, secara umum umat manusia saat ini terbagi menjadi 4 kelompok :
Syi'ah
Mereka begitu cinta bahkan mengagungkan ahlul bait dari keturunan sayyidina Ali dan sayyidah fatimah tapi tidak suka dengan para sahabat.
Wahhabi
Mereka begitu begitu cinta dan mengagungkan para sahabat tapi kemudian membenci ahlul bait dari keturunan sayyiduna Ali dan sayyidah fatimah.
Sufi
Mereka adalah kelompok penengah yang mencintai ahlul bait dari keturunan sayyiduna Ali dan sayyidah fatimah dan juga mencintai para sahabat.
Kelompok lain
Mereka adalah kelompok yang berbagai macam warna dan perilaku, seperti liberal, ikhwanul muslimin dll.

Jadi kelompok yang akan selamat dari ke 72 kelompok itu adalah mereka para kaum Sufi yang tetap berpegang teguh pada al-Qur'an, sunnah dan Ahlul bait, baik itu dari keturunan sayyiduna Ali dan sayyidah Fatimah maupun para sahabat yang memiliki hubungan iman dengan Rasulullah saw.

Demikian juga halnya dengan para pemuka sufi atau yang disebut dengan Al-Atob Al-Arba'ah seperti sidi Ahmad al-Badawi (Tareqat Ahmadiah), sidi ahmad ar-Rifa'i (Tareqat Rifa'iah), sidi Abdul Kadir al-Jaelani (Tareqat Qadiriah) maupun sidi Ibrahim Ad-Dusuqi (Tareqat Burhamiyah) dan sidi Abul Hasan As-Syazili (Tareqat Syaziliah), kesemuanya harus kita bisa kita cintai, karna mereka adalah pewaris nabi dan mendapatkan kemuliaan menjadi Ahlul Bait lewat kedua jalur diatas yaitu keturunan dan hubungan iman yang kuat.sanad mereka menyambung sampai ke Rasulullah saw, sebab itulah kita wajib mencintai mereka tanpa menafikan salah satu dari mereka.

Demikian salah satu contoh dari ilmu Ahlu Zikr, yang penulis dapatkan langsung dari Beliau pada pengajian malam jum'at, 8-2-2007 di Dar Tareqat al-Burhamiyah di Darrosah-Kairo. Ilmu Allah demikian luas, agama islam demikian indah, dan pewaris nabi selalu muncul disetiap zaman dan dialah yang digelari dengan Ahlu Zikr. Ilmunya ia terima langsung dari Allah karna itulah Beliau tidak pernah mengharapkan upah maupun balas jasa. Tugas kita sa'at ini adalah belajar dan berguru kepadanya, agar kelak di hari akherat kita tidak menyesal, karna Allah akan mempertanyakan tentangNya.
posted by Saipul Bahraen @ 5:28 PM   0 comments
Monday, February 5, 2007
Mengenal TAREQAT


Kita seringkali mendengar, bahkan hampir telinga kita setiap hari mendengar kata " Tareqat ", namun diantara mereka yang menyebut istilah itu ada yang menerimanya dan ada yang menolaknya mentah-mentah. Dan menurut penulis untuk bisa memahami segala sesuatu maka dibutuhkan pengenalan terhadap sesuatu tersebut. Maka sebelum kita jauh berbicara bahkan menolak maupun menerima istilah Tareqat tersebut, maka mari kita fahami dulu dengan benar apa itu Tareqat.

DEFINISI :

Sebagaimana yang dijelaskan oleh guru kami, Maulana syekh Mukhtar Ra, bahwa Secara bahasa, Tareqat itu berarti jalan. Sedangkan menurut makna istilahiyah, Tareqat itu beliau definisikan dengan :

دعوة الى اللة تعالى لإحياء السنة ونبذ البدعة بالحكمة والموعظة الحسنة . ولها شيخ درعه كتاب اللة و سنة رسول اللة. و واجب على المريد طاعة الشيخ و التباعه كما يتبع المأموم الإمام فى الصلاة

yang artinya :

" Dakwah kejalan Allah, dengan menghidupkan sunnah dan memberantas bid'ah dengan cara yang penuh hikmah dan nasehat yang baek. Dan Tareqat itu memiliki seorang syekh (guru) yang mana tamengNya adalah Qur'an dan sunnah. Dan wajib hukumnya atas seorang murid untuk mentaati guru (syekh) sebagaimana wajibnya makmum taat kepada imamnya didalam shalat. ".

PENJELASAN :

" دعوة " berarti menyeru, artinya bahwa setiap kita yang selama ini penuh dengan dosa dan sifat salah, senantiasa untuk diingatkan, bahkan diajak kembali kejalan Allah. Namun perkara penting bahwa berdakwah tidaklah sembarang dakwah, karna dakwah memiliki visi dan misi penting, maka yang berdakwah juga tentunya orang penting bukan sembarang orang. Didalam al-Qur'an Allah berfirman " wa daiyan ila Allahi bi iznihi wa sirojan muniro " artinya " bahwa nabi muhammad Saw adalah seorang da'i kejalan Allah dan juga sebagai pelita penerang yang menerangi ". jadi yang berhak dan mendapatkan kewajiban berdakwah adalah nabi, karna beliaulah yang diberikan gelar da'i. Selanjutnya sepeninggal beliau dakwah ini kemudian diteruskan oleh pewaris beliau yaitu Ulama' (orang orang Alim), sebagaimana yang beliau jelaskan didalam hadis beliau " Al ulama' warosatul anbiya' ", artinya " para Ulama adalah pewaris para nabi ". karna nabi tidak mewarisi uang atau emas, tapi mewariskan ilmu yang kemudian ilmu tersebut digunakan oleh para Ulama' tersebut untuk berdakwah. Jadi kewajiban dakwah bukan jatuh kepada kita, tapi kita hanya diberikan kelebihan oleh mereka para Ulama yaitu para pewaris Rasul untuk mengikuti metode dakwah mereka. Jadi sebagaimana inti dari agama Islam itu ada sayyidina Rasulullah, maka inti dari Tareqat adalah seorang da'i atau syekh. Karna syekh sang pewaris nabi akan menggunakan metode yang benar dalam berdakwah, yaitu mengajak kaum manusia menuju jalan yang lurus, jalan yang Allah ridhoi.

" لإحياء السنة ونبذ البدعة " yaitu menghidupkan sunnah rasul dan membasmi bid'ah. Sebab keadaan kaum manusia yang dengan berbagai nikmat yang Allah karuiakan kepada mereka telah membuat mereka semakin jauh kepada Allah, sehingga bukan sunnah yang hidupkan atau kerjakan melainkan maksiat. Peran seorang pewaris nabi atau da'i melalui Tareqat adalah untuk menghidupkan sunnah yang telah hampir padam dan redup dimakan maksiat yang dilakukan oleh anak sayyidina Adam. Kita kadang kurang peka terhadap persoalan penting, kita sering mengira bahwa hanya jenggot yang tebal, atau jidat yang hitam adalah sebuah bentuk penghidupan kita terhadap sunnah, salah besar jika hal-hal sepele itu yang selalu memakan waktu dan pikiran kita. Karna masih banyak lagi hal-hal yang lebih penting dari sekedar jenggot dan jidat, kita lupa untuk berselawat, lupa bahkan lalai pergi mengaji, enggan menakahkan waktu walau 10 – 15 menit untuk duduk berzikir menambah kedekatan kita kepada sang khaliq, kita bahkan malu untuk membaca salam dihadapan orang lain. Perkara –perkara ini justru lebih layak untuk kita perhatikan dan kita hidupkan kembali, tidak hanya sibuk ngukur jenggot dan menghitamkan jidat. Bid'ah yang menyebar dikalangan para awam penduduk kita sampai mereka yang bertitel doktor, jarang kita perhatikan. Maka mari kita pelajari apa itu sunnah dan apa itu bid'ah, kemudian lewat Tareqat kita menghidup sunnah rasul dan membasmi bid'ah yang telah diseludupkan oleh mereka para mafia agama.

" بالحكمة و الموعظة الحسنة artinya : dengan hikmah dan nasehat yang baek. Tentunya ketika kita menghendaki suatu kebaikan dari orang lain, maka ketika meminta dengan cara yang baik maka kita juga akan mendapatkan dengan mudah, sebaliknya jika kita memintanya dengan nada dan cara yang tidak sopan maka tidak akan kita dapatkan kebaikan dari orang tersebut. Demikianlah halnya dengan Tareqat, yang memiliki visi dan misi yang mulia, tentu membutuhkan metode yang bagus dan sebagus bagus metode adalah dengan hikmah dan memberikan nasehat yang baek. Hikmah disini berari mampu mengetahui keadaan orang yang kita dakwahi, kita tau bahwa dia akan bisa menerima dakwah, dan mampu menjalankannya. Sebab banyak orang-orang yang tidak bisa menerima dakwah seorang syekh melalui Tareqat, dsbg. Maka ketika kita tau keadaannya baru kemudian kita menggunakan nasehat yang baek, kata yang sopan dan perilaku yang mencerminkan kepada dakwah. Didalam al-Qur'an Allah berfirman kepada kedua nabinya, yaitu sayyidina Musa dan sayyidina Harun " izhaba ila firaun innahu thaga wa kuula lahu kaulan layyinan" artinya " pergilah kalian, dakwahi firaun, karna sesungguhnya ia telah melakukan kesalahan besar, dan sampaikanlah dakwah itu dengan kata kata yang baik (lemah lembut) ". intinya bahwa dakwah itu bukan dengan kekerasan, seperti yang dicontohkan oleh sekelompok garis keras islam, atau terlalu lembek sehingga tidak ketahuan dakwahnya, melainkan dengan metode yang benar dari seorang syekh, pewaris nabi, kita berdakwah dengan terang terangan, dan menggunakan hikmah atau nasehat dengan cara yang baek.

" ولها شيخ درعه كتاب اللة و سنة رسول اللة " artinya : dan Tareqat itu memiliki syekh (guru) yang tamengnya adalah kitab dan sunnah. Perlu kita ketahui bahwa syekh atau guru yang dimaksud disini adalah pewaris nabi, buka sembarang syekh. Karna sebagaimana yang telah kami sebutkan diatas bahwa nabi tidak mewariskan uang maupun emas melainkan ilmu, maka tanda utama dari seorang pewaris nabi adalah berilmu. Ilmu yang syekh punya bukanlah ilmu yang bisa kita pelajari dibangku sekolah maupun kuliah, tapi ilmu ladunni yang dihadiahkan oleh Allah kepadanya, sebagaimana para rasul dan nabi mendapatkan ilmu langsung dari Allah tanpa harus duduk dibangku kuliah. Demikian juga halnya seorang syekh, yang mendapat penyebutan banyak sekali didalam al-Qur'an, semisal ahluz zikri, Wali mursyid, sabil dan masih banyak lagi. Syekh Tareqat inilah yang akan membimbing seorang murid dalam bersuluk, membekalinya dengan ilmu tauhid, syariat dan hakikat. Dan alhamdulillah ketika kami mulai masuk pintu Tareqat, kami mulai bisa merasakan ilmu yang benar dari seorang syekh, terlebih guru kami adalah Maulan syekh Mukhtar Ra, beliaulah yang menggerakkan tangan ini sehingga mampu menulis. Kekeramatan beliau berupa ilmu tak tertandingi, kesahajaan beliau yang kadang menutup mata kita sampai mata hati.

" و واجب على المريد طاعة الشيخ و التباعه كما يتبع المأموم الإمام فى الصلاة " artinya : dan wajiblah atas seorang murid untuk mentaati serta patuh kepada syekh, sebagaimana wajibnya seorang makmum untuk taat kepada imamnya ketika shalat. Dikarenakan kebodohan dan ketidak tahuan kita, maka Allah mewajibkan kita untuk belajar kepada orang yang telah Allah karuniai ilmu yang haq, dan satu syarat penting dalam belajar kepadaNya adalah dengan pengabdian kita kepadaNya. Jika kita mempercayakan dokter untuk membedah perut kita karna kita ternyata mengidap penyakit usus buntu, tanpa kita ragukan keahliannya, maka demikian juga halnya dengan kepercayaan penuh kita kepada seorang syekh (guru). Karna beliau sangat pandai dalam mendidik, sebab beliau adalah didikan sayyidina rasulullah. Maka ketaatan serta kepatuhan kita kepadaNya akan mengantarkan kita untuk bisa merasakan makna Tareqat yang benar, sehingga kita akan bisa merasakan agama kita dengan benar.

DALIL :

Banyak sekali kita akan temukan ayat yang menyatakan tentang adanya istilah Tareqat ini. Didalam al-Qur'an misalnya Allah berfirman " و ان لو إستقاموا على الطريقة لأسقيناهم ماء غدقا " artinya " dan jika mereka konsisten berpegang teguh pada Tareqat, maka akan kami berikan mereka minum dengan minuman yang tidak akan membuat mereka dahaga lagi ". itulah ilmu. Jadi jika kita telusuri lebih jauh, banyak sekali kita temukan dalil tentang masyruiyyat Tareqat. Dan Tareqat bukanlah perkara bid'ah sebagaimana yang difahami oleh sebagian orang, yang belum dikaruniakan hidayah oleh Allah untuk mengenal Tareqat.

PENUTUP :

Inti dari apa yang ingin penulis utarakan adalah, bahwa agama kita tidak datang begitu saja, tanpa ada yang membawa dan tanpa metode yang jelas visi dan misinya. Tapi agama kita dibawa oleh makhluq yang paling mulia yaitu sayyidina Muhammad saw, yang kemudian diteruskan oleh pewaris beliau yaitu para Ulama. Merekalah para ulama ini yang kita ikuti pada zaman ini, karna ikutan mereka adalah Rasulullah saw. Dan cara mengikuti pewaris nabi adalah dengan memasuki pintu Tareqat. Itulah diantara sebab dinamakannya Treqat, karna banyaknya orang yang mengetuk pintu tersebubt (طرق = mengetuk), karna didalam Tareqat banyak sekali kebaikan dan karunia ilahi, sehingga tangan yang berniat membukanya bahkan sampai ruh yang memasukinya sesungguhnya telah mendapatkan hidayah dari Allah swt.

Dan al-Hamdulillah dengan hidayah Allah, kami dipertemukan dengan guru kami oleh Rasulullah, dan guru kami adalah Maulana syekh Mukhtar Ra. Pewaris Rasulullah. " من يهده االة فهو المهتد و من يضلل فلن تجد له وليا مرشدا " yang artinya " dan sesungguhnya orang yang diberikan hidayah oleh Allah adalah orang yang mendapatkan petunjuk dan orang yang dikehendaki sesat oleh Allah, tidak akan engkau (wahai muhammad) menemukan baginya seorang Wali mursyid ".

Wal hamdulillah .........

posted by Saipul Bahraen @ 9:15 PM   0 comments
Sunday, February 4, 2007
Mati (maut)

Selama ini kita hanya mengenal satu makna dari Mati, yaitu terpisahnya ruh dan jasad seorang manusia. Namun tidak demikian menurut Ahlinya, yang telah dibersihkan hatinya oleh Allah, lalu diberikan Nur atau Ilmu sehingga beliau menyampaikan kepada kita makna yang benar tentang Islam sebagai agama kita. Sebagaimana yang beliau jelaskan bahwa Mati itu bukan hanya bermakna terpisahnya ruh dari jasad seorang manusia. Melainkan Mati juga memiliki makna dua makna, yaitu, yang pertaman sebagaimana yang kita fahami selama ini yaitu terpisahnya ruh dari jasad, dan makna yang kedua adalah matinya Nufus yang melekat pada hati seorang hamba dengan bantuan Syekh, guru atau wali Mursyid yang memang ditugaskan untuk membunuh Ke-Enam Nafsu yang bersarang dihati seorang muslim.

Dalam sebuah hadis masyhur dari Rasulullah saw, bahwa beliau pernah bersabda " jika anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, Amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendoakannya ". hadis ini menunjukkan tentang mati dalam makna yang pertama, karna dengan mati ini, maka terputuslah ia dari segala amal, baik itu amal baik maupun amal buruk. Namun banyak hadis dan ayat al-Qur'an yang menyatakan tentang makna mati yaitu matinya Nufus dari hati seorang muslim. Didalam al-Qur'an misalnya Allah berfirman " Innaka mayyitun wa innahum lamayyitun " yang artinya "sesungguhnya engkau wahai Muhammad dalam keadaan mati, dan demikian juga dengan mereka (para sahabat) ". ayat ini turun ketika Rasulullah saw masih hidup, dan juga para sahabat. Jadi ini mengindikasikan bahwa hidupnya Rasulullah saw sama halnya dengan matinya, dan matinya juga sama halnya dengan hidupnya. Jadi para sahabat yang telah bersih hatinya dari ke-Enam macam Nafsu, yaitu :

  1. Nafsu Ammarah bissu' (selalu menyuruh berbuat jahat)
  2. Nafsu Lawwamah
  3. Nafsu Mulhamah
  4. Nafsu Mutmainnah
  5. Nafsu Radiah
  6. Nafsu Mardiah

Tergolong dikatakan mayyit. Artinya mati nufus, bukan mati karna terpisahnya nyawa dari raga. Ayat diatas juga berbunya " innaka mayyit " artinya sedang menjadi mayat atau dalam keadaan mati, bukan " innaka satamutu " yang berarti engkau akan mati.

Sebagaimana pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi matinya jasad, maka tak kalah penting juga untuk membunuh dan mematikan ke-Enam nufus tersebut dengan bantuan tangan guru, syekh, atau wali Mursyid. Jangan heran jika wali Mursyid atau syekh bisa membunuh nufus yang bersarang dihati, karna beliau digelari dengan dokter bathin, sebagaimana dokter zohir yang mampu mengangkat sejenis tumor ganas lalu membunuhnya untuk menyelamatkan sang fasien. Bahkan dokter bathin ini lebih utama untuk dipercaya, sebab kerjanya jauh lebih berat dari pekerjaan dokter zohir. Kalau dokter zohir menyelamatkan kita dari penyakit jasad yang sering kita pakai berpoya poya, maka dokter bathin sesungguhnya telah menyelamatkan hati kita dari penyakit dalam yang kemudian kebersihan hati ini yang akan membuat kita diterima disisi Allah swt. " illa man ata Allah bi qolbin salim " artinya " kecuali orang-orang yang mendatangi Allah dengan hati yang bersih " itulah yang diterima disisinya.

Maka tak cukup bagi kita hanya mengenal satu makna dari mati. Kenalilah baik-baik makna yang kedua dari mati. Melalui syekh atau guru, kita akan mengenalnya, dan melalui ilmu ini kita akan mengenal siapa syekh yang benar-benar memiliki ilmu dan yang harus di ikuti. Harapan penulis, semoga kita bisa merasakan matinya nufus sebelum matinya raga. amin

posted by Saipul Bahraen @ 11:23 AM   0 comments
ProfilQu

Photobucket - Video and Image Hosting
Saipul Bahraen, Lc

Live in Nasr City, Cairo-Egypt
Lahir di Lombok. s1 di universitas al-Azhar, Kairo. Bagi yang ingin berkenalan, silahkan email ke di idqu2006@yahoo.com

ArsipQu
Archives
Bacaan Arab
Nambah Wawasan
  • Kompas
  • Suaramerdeka
  • Burhamindo.tk
  • Gatra
  • Detik News
  • Liputan 6
  • Jawa Pos
  • Republika
  • Islam Liberal
  • Tempo
  • Astaga
  • Al Jazeera
  • Sharqal Awsat
  • Amr Khaled
  • Yusuf Qardlawi
  • Wikipedia
  • Monbiot
  • Maktabah
  • LSI
  • Antara
  • Radio Nederland
  • ICRP
  • Imparsial
  • ESQ
  • Forum Politisi
  • Sami Yusuf
Ingat Waktu
Pesan Anda
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Anda No
Ingat Hari

Get your own calendar
Waktu Shalat

Radio
KasKusRadio - Indonesian Radio
Keliling Blog
Universitas se Indonesia

Link Pribadi
Sponsor by
Free Blogger templates Blog Tutorial
Get Firefox!
Get Thunderbird!
Blogger Indonesia
KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesiacenter>blog-indonesia
â??   Subscribe in NewsGator Online   Subscribe in Rojo   Add 'Blogger Indonesia A. Fatih Syuhud Weblog' to Newsburst from CNET News.com   Subscribe in FeedLounge   Add 'Blogger Indonesia A. Fatih Syuhud Weblog' to ODEO   Add to netvibes   Add to The Free Dictionary   Add to Bitty Browser   Add to Plusmo   Subscribe in NewsAlloy   Add to netomat Hub   Add Blogger Indonesia to Technorati Favorites!     A-List Blogger   Check Page Ranking   Free Shoutbox Technology Pioneer